Optocoupler ini biasanya digunakan pada TV yang belum terlalu lama diproduksi.
- Pada transmitter dibangun dari sebuah LED infra merah. Jika dibandingkan dengan menggunakan LED biasa, LED infra merah memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap sinyal tampak. Cahaya yang dipancarkan oleh LED infra merah tidak terlihat oleh mata telanjang.
- Pada bagian receiver dibangun dengan dasar komponen Photodiode. Photodiode merupakan suatu transistor yang peka terhadap tenaga cahaya. Suatu sumber cahaya menghasilkan energi panas, begitu pula dengan spektrum infra merah. Karena spekrum infra mempunyai efek panas yang lebih besar dari cahaya tampak, maka Photodiode lebih peka untuk menangkap radiasi dari sinar infra merah.
Ditinjau dari penggunaanya, fisik optocoupler dapat berbentuk bermacam-macam. Bila hanya digunakan untuk mengisolasi level tegangan atau data pada sisi transmitter dan sisi receiver, maka optocoupler ini biasanya dibuat dalam bentuk solid (tidak ada ruang antara LED dan Photodiode). Sehingga sinyal listrik yang ada pada input dan output akan terisolasi. Dengan kata lain optocoupler ini digunakan sebagai optoisolator jenis IC.
Prinsip kerja dari optocoupler adalah :
- Jika antara Photodiode dan LED terhalang maka Photodiode tersebut akan off sehingga output dari kolektor akan berlogika high.
- Sebaliknya jika antara Photodiode dan LED tidak terhalang maka Photodiode dan LED tidak terhalang maka Photodiode tersebut akan on sehingga output-nya akan berlogika low.
Sekarang coba kita perhatikan pada salah satu contoh rangkaian power supply di bawah ini
Bisa kita perhatikan bahwa optocoupler merupakan penghubung / perantara IC STR dan rangkaian MICOM melalui transistor pada jalur power.
Cara kerjanya sederhana, pada saat TV dalam keadaan standby dan kita tekan power pada remote / TV maka pada pin power MICOM akan memberikan sinyal ke transistor lalu ke KA 431 ( semacam diode zener 3 kaki) untuk menyalakan optocoupler dan kemudian optocoupler akan men-drive pin feedback pada STR sehingga STR memulai proses switching dan kemudian TV pun menyala normal. Ini adalah proses pada saat menyalakan TV.
Tidak bisa saya sebutkan disini berapa tepatnya tegangan yang mengalir karena penerapan pada beberapa merk Tv kemungkinan berbeda tapi secara garis besar prinsipnya sama.
Lalu coba kita perhatikan lagi ternyata pin 1 pada optocoupler juga dikoneksikan dengan output transformator switching sehingga pada saat tegangan output switching berubah tegangan yang mengalir ke photodiode pada optocoupler juga akan berubah seiring dengan perubahan output switching yang selanjutnya akan berubah pula cahaya yang diberikan ke receiver di optocoupler dan tegangan yang mengalir ke F/B pada STR akan berubah sebanding dengan perubahan pada tegangan output power supply. Dan untuk selanjutnya F/B pada STR inilah yang kemudian menstabilkan tegangan output pada kisaran 125V ( tergantung merk dan ukuran TV).
Ini adalah proses pada saat menyetabilkan tegangan output menggunakan optocoupler.
Lalu apa saja kerusakan yang mungkin timbul karena kerusakan komponen ini, berdasarkan pengalaman penulis kerusakan yang mungkin timbul adalah TV matot ( mati total ), TV stand by, gambar menyempit, transformator flyback bunyi. Untuk dua kerusakan terakhir yang saya sebutkan agak jarang.